Wednesday, May 29, 2013

SEDIKIT TAMBAHAN TENTANG POHON KURMA

PELUANG BERKEBUN KURMA DI INDONESIA

 Pada suatu hari di tahun 1980an, almarhum Kiai As'ad dari Asembagus, Situbondo, Jatim, kedatangan beberapa orang tamu penting yang menginap di pesantrennya. Mereka ngobrol sampai larut malam. Paginya, untuk teman minum teh, Kiai As'ad menyuguhkan kurma segar yang masih bertangkai. Kurma itu demikian segarnya hingga terkesan baru saja dipetik dari pohon. Para tamu itu terheran-heran. Mereka menyangka bahwa tadi pagi ulama besar kita ini melesat terbang ke Mekah, salat Subuh di Mesjid al - Haram. Lalu untuk oleh-oleh bagi tamunya, dia menyempatkan diri memetik beberapa tangkai buah kurma. Padahal, kurma itu memang baru saja dipetik oleh seorang santri di kebun belakang pesantren tersebut.

Kurma memang bisa tumbuh dan berbuah di Indonesia. Terutama di kawasan yang kering dan panas. Situbondo adalah salah satu kawasan yang kering dan panas di Indonesia. Kurma (Phoenix dactylifera = date palm) adalah keluarga palma (palem) yang berasal dari jazirah Arab dan Afrika Utara. Dia merupakan tumbuhan gurun yang tahan panas, kelembapan rendah dan udara kering. Namun untuk bisa tumbuh baik, pohon kurma tetap memerlukan air. Itulah sebabnya kurma tumbuh di oasis atau kawasan yang memperoleh pengairan teknis. Tumbuhan ini sudah dibudi dayakan semenjak ribuan tahun sebelum Masehi. Saat ini kurma telah menyebar ke India, Cina, AS (California) dan Australia. Di AS dan Australia, kurma dibudi dayakan secara intensif dan hasilnya diekspor, antara lain ke Indonesia sebagai negara Islam dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Di Indonesia, kurma tumbuh secara alamiah dari biji-biji kurma yang daging buahnya telah dimakan. Kalau biji itu dibuang di pasir yang terkena panas matahari langsung, maka pada musim penghujan akan tumbuh. Di Jakarta, tanaman kurma yang tumbuh "liar" ini antara lain bisa dijumpai di kawasan Priok, Jakarta Utara. Namun di Jakarta, kurma sulit untuk berbuah, karena terlalu banyak hujan. Kurma adalah palem tunggal yang tumbuh sebagai pohon dengan ketinggian bisa mencapai 30 m. Batangnya besar berdiameter 50 cm. kasar dan berbenjol-benjol bekas tangkai daun. Daun kurma berpelepah kekar, sepanjang 3 m. kaku dan lurus. Bagian pangkal pelepah daun berduri tajam seperti pelepah sagu. Kekekaran pelepah daun kurma, mirip dengan pelepah aren (enau). Namun daunnya beda dengan aren. Kalau daun aren lebar-lebar, panjang dan masih agak lentur, maka daun kurma lebih sempit, pendek, kekar serta tumbuh lurus dan kaku. Kalau warna daun kelapa, kelapa sawit dan aren hijau tua, maka daun kurma berwarna abu-abu seperti daun lontar (siwalan). Pelepah daun tumbuh rapat dan rimbun pada pucuk pohon. Tandan bunga kurma tumbuh di ketiak pelepah daun, seperti pada kelapa dan lontar. Bunga jantan dan bunga betina tidak terdapat dalam satu pohon (berumah dua).
Hingga kurma memerlukan penyerbukan secara alami dengan angin atau buatan secara manual. Caranya, malai bunga jantan di sapukan ke malau bunga betina yang berisi ratusan bakal buah. Bisa pula penyerbukan dilakukan dengan penghembusan tepung sari menggunakan "emposan". Masyarakat awam selalu mengira bahwa buah kurma menjadi manis karena diberi gula (dibuat manisan). Padahal, buah kurma menjadi manis karena mengandung gula. Kurma yang segar dan utuh, kurang begitu manis karena daging buahnya masih lebih banyak mengandung karbohidrat yang belum terfermentasi menjadi gula. Beda dengan kurma yang sudah disimpan lebih dari satu tahun, seluruh karbohidrat dalam daging buahnya telah terfermentasi penuh menjadi gula. Agar bisa tahan disimpan lama, kurma perlu dipasteurisasi dan dikurangi kadar airnya. Karena mengandung gula sampai sekitar 80 %, buah kurma mampu memberikan energi (kalori) cukup tinggi bagi yang menyantapnya.
Masyarakat nomad di gurun pasir yang biasa berpindah-pindah dan bepergian, bisa tahan berjalan berhari-hari hanya dengan mengkonsumsi kurma dan minum air. Kebiasaan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi kurma pada saat bulan puasa, ada benarnya. Sebab buah ini mampu memberikan energi instan (segera) untuk memulihkan tenaga. Karenanya, tiap bulan puasa, impor kurma kita selalu naik tajam dibanding bulan-bulan biasa. Volume impor kurma Indonesia, tercatat menduduki ranking keempat setelah apel, jeruk dan pear. Meskipun dalam hal nilai, menduduki ranking kelima setelah anggur. Seperti halnya kelapa, aren dan lontar, kurma tradisional di Timur Tengah baru akan mulai berbuah pada tahun ke delapan sampai dengan ke sepuluh semenjak tanam.
Tetapi kurma-kurma hibrida sudah mampu berbuah pada umur 2,5 tahun. Batang kurma itu masih belum tampak, yang kelihatan baru pangkal pelepah daum yang masih menempel di tanah. Malai bunga akan tampai menjuntai di sela-sela pelepah daun yang penuh duri tersebut. Sekitar 5 bulan sejak bunga pertama tampak menyembul keluar, maka tandan buah sudah siap dipetik. Tandan buah masak ini kadang-kadang menyelinap di antara duri-duri pelepah lalu menjuntai menyentuh tanah. Memetik kurma setinggi 30 m. di Irak atau Yaman Selatan, harus dengan memanjat. Tetapi memetik kurma hibrida umur 3 sd. 5 tahun, justru harus berjongkok. Berkebun kurma secara intensif dan massal, pada prinsipnya sama dengan penanaman kelapa sawit. Bedanya hanya pada faktor agroklimat. Sawit lebih cocok ditanam di lokasi dataran rendah basah di kawasan tropis. Misalnya di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Sementara kurma menginginkan kawasan dengan agroklimat ekstrim kering yang dipengaruhi iklim munson. Di Jawa, agroklimat yang cocok untuk kurma adalah Rembang, Tuban, Lamongan, Gresik, seluruh pulau Madura; terus ke arah tenggara ke Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo. Kawasan luar Jawa yang cocok untuk kurma adalah Bali utara, Lombok tenggara, Flores, Sumba dan Timor Barat. Sebenarnya sebagian Sulawesi pun cocok untuk kurma. Asalkan ketinggian tempat di bawah 50 m. dpl. (kawasan dataran rendah pantai), curah hujan di bawah 1.500 m. setahun dan hanya terjadi selama 3 bulan dalam setahun. Suhu udara esktrim pada siang hari sampai 32 atau 35° C. sangat mendukung kesuksesan budi daya kurma. Investasi perkebunan sawit skala besar (puluhan ribu hektar), akan menelan biaya sekitar Rp 20.000.000,- sd. Rp 25.000.000,- per hektar sampai dengan panen perdana. Biaya ini termasuk untuk membangun sarana/prasarana, di luar pabrik.
 Tetapi, karena kurma memerlukan investasi air (baik sumur dalam maupun tampungan air hujan) serta benihnya masih harus diimpor dan skalanya hanya bisa ratusan hektar per unit kebun, maka tiap hektar bisa menelan biaya sampai dengan Rp 100.000.000,- Skala minimal seluas 10 hektar atau Rp 1milyar per unit kebun. Investasi terbesar akan digunakan untuk sarana pengairan dan impor benih. Dengan populasi 400 tanaman per hektar, dengan panen optimum setelah tahun ke V 50 kg. per tanaman, maka hasilnya akan mencapai 20 ton per hektar per tahun. Kalau di tingkat petani, harga kurma bisa mencapai Rp 5.000,-per kg, maka hasil kotor per hektar per tahun setelah tahun ke V, akan mencapai Rp 100.000.000,- Harga kurma kualitas rendah di tingkat konsumen, saat ini berkisar antara Rp 15.000,- sd. Rp 25.000,- per kg. (antara Rp 3.000,- sd. Rp 5.000,- per kemasan @ 0,2 sd. 0,5 kg). Benih kurma hibrida, paling murah didatangkan dari Australia. Caranya dengan menghubungi Asosiasi Petani Kurma melalui E-Mail atai Fax. Alamat E-Mail asosiasi ini bisa dilacak melalui internet. Kontak telepon bisa dilacak melalui Kantor Penerangan atau Atase Pertanian pada Kedubes Australia di Jakarta. Harga benih kurma pranko kebun, sangat tergantung dari jumlah pesanan. Kalau kita hanya akan membuka kebun dengan skala minimal 10 hektar dengan populasi 4.000 tanaman (pesan 5.000 benih), maka nilai benih bisa mencapai lebih dari Rp 100.000,- per polybag (Rp 40.000.000,- per hektar atau Rp 400.000.000,- per 10 hektar). Rata-rata benih kurma yang dipasarkan di Australia sudah berumur lebih dari 1 tahun sejak disemaikan. Dengan benih hibrida demikian, apabila agroklimat medukung dan perawatan tanaman sesuai dengan standar, maka kurma akan mulai berbuah pada umur 2.5 tahun dan sebelum umur 3 tahun sudah akan dilakukan panen perdana.

Calon investor yang pada saat ini tertarik untuk mengebunkan kurma, maka sekitar tahun 2007 sudah akan menjadi pekebun kurma pertama di Indonesia. Selama ini memang sering muncul pertanyaan, mengapa komoditas yang disebut sebagai berpeluang untuk diusahakan, sampai sekarang masih juga belum ada yang mau mengebunkan? Memang informasi mengenai suatu komoditas yang masih berpeluang untuk dikebunkan, tidak pernah sampai ke masyarakat secara utuh. Misalnya, menghubungi Asosiasi Petani Kurma Australia, sebenarnya merupakan pekerjaan mudah. Bahkan Department of Primary Inddustry of Australia (Deptannya Australia), sering memberikan bantuan pelatihan bagi petani Indonesia secara gratis termasuk akomodasi dan konsumsi selama pelatihan. Syaratnya petani bersangkutan bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan bersedia menanggung biaya transporr PP. Kawasan Gresik, Pasuruan, Probolinggi, Situbondo dan Madura secara keseluruhan adalah basis NU. Pondok-pondok pesantren di kawasan ini pasti masih punya lahan cukup dan mampu pula menggerakkan masyarakat untuk melakukan budi daya kurma. Mengapa mereka tidak juga bisa memulai? Pertama karena ketiadaan informasi yang cukup, dan kedua karena keterbatasan biaya. Kalau impor kurma kita minimal mencapai 30.000 ton per tahun (total impor buah kita 600.000 ton), dengan nilai Rp 5.000,- per kg. pranko Indonesia, maka devisa yang kita keluarkan secara rutin untuk kurma paling sedikit Rp 150.000.000.000,- (150 milyar rupiah). Angka ini akan sangat menarik untuk dinikmati oleh masyarakat Madura, Sumba, Flores dan Timor Barat yang rata-rata masih miskin. Seandainya 1/3 dari nilai impor itu bisa kita hemat, maka angkanya akan mencapai Rp 50.000.000.000,- Dana sebesar itu akan cukup untuk membuka kebun seluas 500 hektar. Kalau tiap hektar kebun akan melibatkan tenaga kerja sebanyak 4 orang, maka 500 hektar kebun kurma itu akan menyerap 2.000 tenaga kerja. Apabila secara bertahap kita mulai membuka kebun kurma dari 50 hektar pada tahun 2004, setelah 2,5 tahun dibuka lagi 100 hektar dan tahun berikutnya 100 hektar lagi, maka pada tahun 2010, kita sudah bisa menghemat 1/3 dari kebutuhan kurma nasional. Namun pada saat itu, jumlah penduduk Indonesia pasti akan bertambah. Kemampuan ekonomi masyarakat juga akan menjadi lebih baik. Hingga dalam praktek, produk kurma nasional tidak akan pernah bersaing secara langsung dengan kurma impor. (R) * *

TANAM KURMA

Cara menanam pohon kurma Pohon kurma tumbuh di indonesia ? apa mungkin ? berikut cara menanam pohon kurma Menanam kurma menggunakan biji. Biji-biji kurma mudah ditemukan setelah memakan buah kurma kering. Ia dipisahkan untuk tujuan penyemaian.
Kita bisa menentukan jenis-jenis kurma yang populer yang biasa dibawa pulang dari tanah Arab adalah ajwah dan ambar. cara menanam pohon kurma Rahasia Penyerbukan Pohon kurma memiliki jenis kelamin yaitu pohon jantan dan pohon betina. Kedua jenis kelamin menghasilkan bunga. Tahukah Anda bahwa bunga-bunga kurma tidak menghasilkan bau dan rasa? Oleh karena itu, serangga dan lebah biasanya tidak membantu di dalam proses penyerbukan pohon kurma. Dalam pembuahan, bunga jantan dan bunga betina harus dilakukan dengan bantuan manusia menggunakan tangan.
 Bunga-bunga kurma jantan bisa diambil dan disimpan di dalam pendingin selama setahun jika pohon-pohon kurma betina belum menghasilkan bunga. Proses penyerbukan bisa dilakukan dari tiga sampai 30 hari setelah bunga-bunga betina keluar dari mayang pohon.

 Proses membuat serbuk sari dari bunga jantan

1.Membuang kelopak mayang kurma mulai dari atas ke bawah. Mayang pohon kurma jantan biasanya tertutup untuk menghindari tiupan angin atau serangga. Kemudian letakkan bunga kurma jantan tadi pada rak yang kering.
2 Setelah pengeringan bunga kurma jantan selesai, goyanglah bunga kurma jantan tadi untuk mendapatkan serbuk sari kurma jantan.
3. Bunga-bunga kurma jantan dibagi menjadi dua bagian. Satu pohon bunga kurma jantan bisa digunakan untuk menyerbukkan 40 sampai 50 pohon kurma betina.
4.Setelah proses penyerbukan selesai maka bunga kurma ini harus diberi jarak untuk menghasilkan buah kurma yang besar. Bilah bunga yang rapat hanya menghasilkan buah yang banyak tapi ukurannya kecil.

Wednesday, May 8, 2013

SEMERU MOUNTAIN

Semeru Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail Langsung ke: navigasi, cari Koordinat: 8°06′43″LS,112°55′20″BT Gunung Semeru Semeru, 1985 Ketinggian 3.676 meter (12.060 kaki) Daftar Ribu Lokasi Lokasi Jawa , Indonesia Koordinat 8°6′28.8″LS,112°55′12″BT Geologi Jenis Stratovolcano (aktif) Letusan terakhir 2008 (berlanjut) Pendakian Rute termudah Gubugklakah, Burno Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang. Daftar isi 1 Perjalanan 2 Gas beracun 3 Iklim 4 Taman nasional 5 Pendaki pertama 6 Legenda gunung Semeru 7 Aktivitas 8 Rujukan 9 Pranala luar 10 Lihat pula Perjalanan Jembatan di jalan lewat selatan Semeru (1937) Ranu Regulo pada tahun 1930-an Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi.

 Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat kota Malang atau Lumajang. Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.20.000,- hingga Pos Ranu Pani. Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat izin, dengan perincian, biaya surat izin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk taman Rp.2.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,- Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila membawa kamera juga dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni Ranu Pani (1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl. Setelah sampai di gapura "selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam. Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala. Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng.

 Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km. Ranu Kumbolo Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha. Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Selanjutnya memasuki hutan cemara di mana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang. Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung. Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu.

Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor. Gas beracun Puncak Mahameru Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai. Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada bulan November 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak. Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter.

 Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik. Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Iklim Secara umum iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin. Taman nasional Ranu Darungan pada tahun 1920-an Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.

 Flora yang berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan. Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar. Pendaki pertama Litografi berdasarkan lukisan Abraham Salm dengan pemandangan desa dan latar belakang Gunung Semeru (1865-1872) Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

 Legenda gunung Semeru Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa. Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman. Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa. Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus. Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci. Aktivitas 12 Juni 2006, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, mencatat gempa vulkanik dengan kekuatan 1,8 Skala Richter (SR) akibat aktivitas Gunung Semeru (3.676 mdpl)[1].