Saturday, September 20, 2014

Disleksia ( Salah Satu Penyebab Kesulitan Belajar )

dyslexia2.jpg"If a child cannot learn the way we teach we must teach him the way he can learn." Tugas para guru adalah menyesuaikan cara mengajar dengan kebutuhan anak.
"I always knew there was something wrong, but no one would take any notice." Tujuh persen orang tua merasa bahwa anak mengalami dyslexia, tetapi mereka tidak tahu harus berbuat apa.
There is little doubt that the three R’s — reading, ’riting and ’rithmetic — are crucial elements in the education of any child. When a child is unable to master the three R’s they become three D’s — dyslexia, dysgraphia or dyscalculia.

Anak sulit belajar? Hal tersebut sangat menjadi momok bagi orang tua di jaman sekarang. Anak terpaksa les macam-macam, tidak ada waktu bermain, semua jadi sibuk mengajar anak. Eh… tidak tahunya anak mengalami dyslexia. Mau les sampai berjam-jam juga sia-sia.
Kesulitan belajar merupakan istilah yang digunakan bila prestasi anak tidak sesuai dengan intelegensinya. Anaknya pintar, kok raportnya jeblok? Penyebabnya banyak. Yang paling sering dan sudah banyak diketahui misalnya ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dengan ciri sulit berkonsentrasi, impulsif atau berbuat dan berbicara tanpa pikir panjang, dan hiperaktif tidak bisa diam. ADHD bukan termasuk kesulitan belajar, tetapi merupakan masalah gangguan perilaku.
Penyebab kesulitan belajar lain yang relatif masih jarang diketahui adalah kesulitan belajar spesifik, misalnya gangguan membaca (dyslexia), gangguan matematika (dyscalculia), dan gangguan mengekspresikan suatu hal dalam bentuk tulisan (dysgraphia). Dyslexia jarang ditemukan? Tidak juga. Di negara barat dyslexia terjadi pada 5-10% di antara anak sekolah. Anak laki-laki mungkin sedikit lebih banyak.
Di antara ketiganya, yang paling banyak adalah gangguan membaca atau dyslexia. Istilah dyslexia sebenarnya merupakan suatu tipe dari gangguan membaca, tetapi sering dijadikan satu saja. Kali inipun kita gunakan istilah dyslexia yang lebih populer. Dyslexia adalah ketidak mampuan membaca sesuai umurnya, padahal intelegensinya normal. Kalau penyebabnya retardasi mental, tidak diajar membaca, tidak mendapat kesempatan belajar, atau ada penyakit fisik tidak termasuk dalam dyslexia.

Mengapa dapat terjadi dyslexia?

Dahulu dianggap bahwa dyslexia terjadi karena gangguan gerakan bola mata untuk membaca. Akibatnya banyak terapi ditujukan kepada fungsi mata, misalnya vison therapy. Pendapat ini ternyata tidak benar dan terapi seperti ini tidak dianjurkan lagi.
Sudah diketahui bahwa ada beberapa perbedaan otak anak dyslexia dengan anak lain. Perbedaan pertama adalah bahwa otak anak dyslexia tidak menunjukkan asimetri pada pusat berbahasa di otak, di daerah temporal. Pada anak biasa, daerah temporal di otak kiri lebih besar dibandingkan kanan. Pada anak dyslexia, kiri dan kanan sama saja. Perbedaan kedua adalah bahwa pada anak dyslexia terdapat gangguan sel saraf di beberapa daerah otak yang berhubungan dengan kemampuan membaca, misalnya di daerah parietal dan temporal. Gangguan sel saraf ini sudah terjadi sejak anak masih dalam kandungan. Ada faktor keturunan? Ya pada sebagian kasus. Ada riwayat kesulitan membaca pada orang tua, paman atau nenek.

Bagaimana ciri anak dengan dyslexia?

Kemampuan anak dyslexia membaca jauh di bawah kemampuan anak seumurnya. Kesulitan yang dihadapi adalah kesulitan mengenal kata-kata, sulit mengeja, dan sulit mengartikan bacaan. Beberapa ciri berikut dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini, walaupun dapat juga disebabkan oleh gangguan lain.
Anak kecil
  1. Ada hari “baik” dan hari “buruk” tapa alasan jelas
  2. Sulit membedakan “di atas” dan “di bawah”, “ke dalam” dan “ke luar”
  3. Mengalami kesulitan dengan urutan, misalnya urutan warna. Di kemudian hari menjadi kesulitan mengurutkan nama hari atau mengurutkan angka.
  4. Riwayat keluarga dengan dyslexia
Pra sekolah, kemampuan berbahasa
  1. Salah mengucapkan sesuatu berulangkali misalnya “obli” untuk “mobil”
  2. Susah mengingat nama benda yang sederhana, misalnya meja atau kursi
  3. Susah mengingat lagu anak-anak, dan urutan kata yang bunyinya sama, misalnya “kakak, kaki, kaku”
  4. Bicaranya terlambat
Pra sekolah, kesulitan lain
  1. Cepat dapat berjalan tetapi tidak merangkak, ngesot
  2. Mengenakan sepatu sering terbalik
  3. Lebih senang mendengar cerita dibanding melihat tulisan
  4. Sering seperti tidak memperhatikan
  5. Sering tersandung, jatuh, menabrak sesuatu saat berjalan
  6. Sulit melempar, dan menangkap bola, melompat, bertepuk tangan menurut irama
Usia sekolah, kemampuan berbahasa dan menulis
  1. Mengalami kesulitan membaca dan mengeja
  2. Salah menulis dan meletakkan gambar
  3. Sulit menghapal alfabet
  4. Huruf terbalik-balik, terutama “b” dan “d,” “tadi” dan “tapi”
  5. Menggunakan jari untuk menghitung
  6. Konsentrasi buruk
  7. Tidak mengerti apa yang dibaca
  8. Menulis lama sekali
Usia sekolah, kesulitan lain
  1. Sulit mengenakan tali sepatu
  2. Sulit membedakan kanan-kiri, urutan nama hari atau nama bulan
  3. Sulit membedakan kanan-kiri
  4. Hilang rasa percaya diri

Bagaimana seorang dokter atau psikolog dapat mendiagnosis dyslexia?

Diagnosis dyslexia ditegakkan berdasarkan adanya perbedaan kemampuan intelegensi (yang menggambarkan kemampuan anak untuk belajar) dengan hasil yang diperoleh (yang menggambarkan prestasi anak sebenarnya). Walaupun demikian, tidak ada kesepakatan mengenai derajat perbedaan tersebut. Menurut kriteria, perbedaan tersebut adalah sekitar 15-30 point.
Tentunya kemampuan intelegensi anak harus diuji untuk menyingkirkan kemungkinan retardasi mental. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap hal-hal yang mungkin merupakan penyebab kesulitan belajar, misalnya ada tidaknya ADHD, ada tidaknya gangguan mata dan telinga, atau penyakit lain.

Apakah anak dyslexia dapat belajar membaca?

Ya. Anak yang mendapat terapi yang efektif sejak TK dan kelas 1 SD menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan anak yang baru mendapat pertolongan setelah kelas 3 SD. Tetapi, kalau dyslexia terlambat ditangani hasilnya kurang baik. Sebanyak 74% anak yang sulit membaca di kelas 3 SD tetap mengalami kesulitan membaca di SMP, atau bahkan dewasa.
Walaupun demikian, tidak ada kata terlambat untuk mulai membantu anak.

Bagaimana pengobatan anak dengan dyslexia?

Sayangnya tidak ada pengobatan dengan obat. Terapi ditujukan untuk mengatasi kesulitan belajar yang spesifik, dan sangat individual. Kemudian dilakukan perubahan cara pembelajaran dan lingkungan untuk membantu anak secara khusus.
Tahap pertama adalah menentukan diagnosis dengan benar, kemudian melakukan berbagai pemeriksaan psikologis dan fisik.
Kemudian disusul evaluasi lengkap mengenai kelemahan dan kelebihan anak, tentunya dengan bantuan guru di sekolah.
Setelah itu, dilakukan pertemuan antara orang tua, guru dan profesional untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam memperbaiki cara belajar anak secara individual. Orang tua juga diberi petunjuk bagaimana membantu anak di rumah.

Akan jadi bagaimana di kemudian hari?

Sulit untuk menentukan keadaan anak di kemudian hari. Dyslexia menyebabkan gejala yang berbeda jenis dan beratnya pada masing-masing orang. Masa depan lebih baik bila dyslexia cepat dikenal dan ditangani, dengan bantuan keluarga, teman dan guru. Rasa percaya diri yang tinggi akan sangat membantu, juga proses belajar yang khusus.
Harus diingat bahwa anak dengan dyslexia sering menunjukkan kemampuan luar bisa misanya sangat inovatif, memecahkan masalah dengan sangat baik, kreatif dan berpikir lateral. Banyak orang dyslexia menjadi orang sangat sukses. Beberapa contoh misalnya:
  • Ann Bancroft – Wanita pertama yang menyeberangi es di kutub utara dan selatan. www.yourexpedition.com
  • David Boies – Pengacara yang mempunyai klien sangat terkenal, misalnya wakil presiden Amerika dahulu Al Gore, Jr., Napster, dan Departemen Kehakiman Amerika dalam menghadapi Microsoft.
  • Whoopi Goldberg – Bintang film dengan Academy Award untuk perannya dalam "Ghost," www.whoopi.com
Orang-orang tersebut berjuang melawan dyslexia, dan berhasil mengalahkannya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.