Thursday, May 3, 2018

Sajak Sufi



🍂Mawlana Jalaluddin Rumi🍃

Datang, datang lah, tak akan engkau temukan satu pun kawan sepertiku. 
Dimana lagi, di seluruh semesta, ada Kekasih, yang seperti Aku.

Datang, datang lah, jangan habiskan umurmu hilir-mudik kesana kemari. 
Tiada pasar lain, dimanapun, yang mau menerima uangmu.

Engkau segersang lembah, dan Aku seperti hujan. 
Engkau bagaikan kota yang runtuh, dan Aku bagaikan Sang Arsitek.

Terkecuali pelayanan-Ku, yang bagaikan terbitnya matahari kebahagiaan, 
lelaki sejati tidak pernah, dan tidak-akan pernah merasakan, kebahagiaan sejati.

Kau tatap ribuan gambaran-bergerak dalam mimpi-mimpimu; 
Ketika mimpi-mimpi itu berlalu, tidaklah kau lihat satu pun yang seperti itu.

Tutuplah mata jasmaniah yang lemah ini, dan bukalah mata 'aql; 
Karena indera ragawi itu bagaikan keledai, yang tali-kekangnya adalah nafsu-jahat.

Carilah minuman segar di taman Cinta, karena alam adalah seorang penjual cuka, 
dan penghancur anggur yang belum matang.

Datanglah ke rumah sakit milik Pencipta dirimu: 
tiada pasien dapat menyisihkan sang Dokter Sejati.

Semesta tanpa seorang Raja bagaikan tubuh tanpa kepala: 
lipatlah dirimu-sendiri, bagaikan turban, bentuklah kepala itu.

Kecuali jika engkau masih legam, 
janganlah tanganmu sampai melepaskan cermin itu: 
Jiwa adalah cerminmu, sementara raga berkarat.

Kemanakah pedagang beruntung itu, yang takdirnya dikendalikan Jupiter, 
Tak sabar Ku-berdagang dengannya, dan membeli barang-barangnya.

Mari, dan ingat lah akan Daku, yang memberimu kemampuan mengingat, 
Dari kecerdasan-Ku lah engkau dapat membeli setunggangan penuh merah-delima.

Mari, maju lah kepada Dia yang memberimu kaki; 
Tataplah dengan seluruh penglihatanmu Dia yang memberimu mata.

Bertepuk-tanganlah dalam kebahagiaan akan Dia, 
yang dari laut-Nya muncul tangan-Nya, 
Karena kebahagian-Nya tidak akan memperbolehkan adanya kesedihan atau kesusahan.

Dengarlah tanpa telinga, bercakaplah dengan-Nya tanpa lisan, 
Karena bicara dengan lisan tidaklah bersih dari kelancangan atau pelanggaran.

Jalaluddin Rumi, Divan Syamsi Tabriz ghazal no 45

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.