Tuesday, August 6, 2019

Sejarah SEMA/SAMA/WHIRLING DERVSH


SEJARAH TARIAN SUFI (DARVIS WHIRLING DANCE)


1544448_1552523231647951_6210487696217763017_nSejarah Tarian Sufi
Tarian sufi, yang dikenal juga sebagai “the darvishes’ whirling” merupakan salah satu jalan di antara banyak jalan untuk menumbuhkan rasa kasih. Tarian ini dipopulerkan oleh kelompok Mevlevi Order yang dipimpin oleh Sang Maestro, Jalaluddin Rumi (1207-1273) ratusan tahun yang lalu.
Sebagai sebuah pesta, SUFI MEHFIL adalah perayaan ketika seorang “pencari” bertemu “Kekasih-Kasih itu sendiri” yang ternyata berada di dalam diri. Yang menarik, inilah untuk pertama kalinya, Anand Ashram menggelar tarian sufi ini untuk khalayak umum. Biasanya, tarian ini hanya dilakukan dalam lingkungan terbatas, sebagai latihan spiritual untuk hidup secara meditatif. Menurut seorang pelaku meditasi dari Anand Ashram, meditasi memang bukan sekedar duduk diam selama berjam-jam. “Meditasi adalah sikap hidup, yang harus mewarnai setiap pikiran, perkataan dan tindakan kita. Hidup penuh kasih adalah hidup yang meditatif.” Ketika seseorang merasakan cinta yang meluap-luap, tak bisa lain, ia akan merayakan cintanya itu. Ia akan berpesta. Dan sungguh, itu bukan sebuah pesta biasa. Itulah pesta para sufi. Itulah meditasi!
Membangkitkan kembali peradaban suatu Bangsa PESTA PARA SUFI, sengaja dipersembahkan bagi masyarakat luas karena keprihatinan yang mendalam terhadap masih besarnya ancaman perpecahan masyarakat akibat pengkotak-kotakkan berdasarkan suku, etnis maupun agama, hingga saat ini – yang disebabkan karena merosotnya kesadaran akan kehalusan jiwa atau “Rasa” dalam diri manusia. Sufi Mehfil, sebenarnya, hanyalah salah satu bentuk seni bernafaskan spiritualitas dari sekian banyak bentuk lain – yang banyak berkembang di bumi Nusantara sejak dahulu kala – yang bertujuan: membangkitkan “Rasa”, ataupun “Kasih” dalam diri.” Kebangkitan “Rasa”, semestinya menjadi fungsi sekaligus tujuan seni dan budaya dalam membangkitkan kembali peradaban suatu bangsa. Kendati berasal dari tradisi Turki, Tarian Sufi, menyampaikan pesan universal yang sangat penting bagi terciptanya landasan sejati persatuan dan kesatuan Indonesia. Tarian ini, serta nyanyian dari tradisi lain yang juga akan ditampilkan, diharapkan menjadi inspirasi bagi terjadinya kerekatan beragam budaya yang “hidup” di Indonesia saat ini – baik yang datang dari tradisi “lokal” maupun dari “luar”. Persatuan dan kesatuan di Bumi Pertiwi, memang tak seharusnya terperangkap dalam pandangan nasionalisme sempit. Sebagaimana Ibu Pertiwi selama ini memperlakukan mereka yang lahir, datang maupun berkembang di pangkuannya, tanpa pilih kasih. Pengalaman kebersamaan inilah yang dipersembahkan melalui Sufi Mehfil, yang dibawakan oleh mereka yang datang dari beragam suku, etnis dan agama.
Pencetus Tarian Sufi
Pria yang lahir pada 30 September 1273 di Balkh-Afghanistan dan wafat pada 17 Desember 1273 di Konya-Turki ini meninggalkan warisan pemikiran spiritual yang banyak menginspirasi umat Islam. Tari Sufi (Sema) adalah salah satu inspirasi yang ditinggalkan Rumi yang merupakan paduan warna dari tradisi, sejarah, kepercayaan, dan budaya Turki.
Rumi, menurut Profesor Zaki Saritoprak, pakar dan pemerhati pemikiran Jalaluddin Rumi dari Monash University, Australia,berpandangan bahwa kondisi dasar semua yang ada di dunia ini adalah berputar. Tidak ada satu benda dan makhluk yang tidak berputar. “Keadaan ini dikarenakan perputaran elektron, proton, dan neutron dalam atom yang merupakan partikel terkecil penyusun semua benda atau makhluk, jelasnya.
Dalam pemikiran Rumi, lanjut Saritoprak, perputaran partikel tersebut sama halnya dengan perputaran jalan hidup manusia dan perputaran bumi. “Manusia mengalami perputaran, dari tidak ada, ada, kemudian kembali ke tiada,” ujar Saritoprak.
Manusia yang memiliki akal dan kecerdasan membuatnya berbeda dan lebih utama dari ciptaan Allah yang lain. Tarian Sema yang didominasi gerakan berputar-putar, kata Saritoprak, mengajak akal untuk menyatu dengan perputaran keseluruhan ciptaan.
Prosesi Sema menggambarkan perjalanan spiritual manusia dengan menggunakan akal dan cinta dalam menggapai ‘kesempurnaan’,jelas Saritoprak. Itu sebabnya, gerak berputar menjadi ciri Tari Sufi yang dikembangkan Rumi.
Tarian sufi atau tarian yang berputar-putar, kini makin akrab didengar di kalangan masyarakat. Yang menarik dari tarian ini adalah tariannya yang berputar-putar tanpa henti. Dan tarian sufi ini lekat dengan pemikiran sufistik islam. Tak hanya itu, ada banyak filosofi dalam gerakan yang berputar-putar itu. Yang sering terlihat melakukan tarian sufi adalah laki-laki, namun ternyata perempuan juga boleh melakukannya.
Tarian Sufi atau yang dikenal juga sebagai whirling dervishes dianggap dapat menjadi bagian dari meditasi diri yang kaitannya erat dengan Tasawuf. Hal inilah yang membuat para penari Sufi bisa berputar selama berjam-jam tanpa merasa pusing. Bahkan, karena banyak memiliki manfaat, tari Sufi juga banyak dilakukan oleh orang-orang dari negara lain.
Misalnya saja yang dilakukan 999 penari yang menari Sufi dalam acara Harlah Muslimat NU yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Minggu 27 Januari 2019. Banyaknya penari yang ambil bagian dalam acara ini juga membuatnya memecahkan rekor MURI. Namun, selain di Indonesia, nyatanya kamu juga bisa menikmati tarian Sufi langsung dari negeri asalnya, Turki.

Sejarah Tarian Sufi Turki

Whirling Dervish pertama kali dipertunjukkan di wilayah Anatolia Turki sejak abad ke 13. Tarian ini diciptakan oleh seorang pria filsuf sekaligus penyair pada masa itu yang berasal dari Persia bernama Mawlana Jalaludin Rumi (Mevlana Celaleddin Rumi). Konon, ketika Syamsuddin Tabriz guru spiritual Mawlana Jalaluddin Rumi meninggal dunia, ia mengalami kesedihan yang mendalam. Kemudian Rumi mengekspresikan kesedihannya dengan berputar-putar dan menyadari bahwa manusia itu fana.
Tarian Sufi, Tarian Religius Penuh Makna Yang Berasal Dari Turki

Tarian Sufi Turki

Makna Tarian Sufi Turki

Saat Rumi melakukan gerakan berputar, sebenarnya itu tak hanya sekadar berputar-putar saja dalam waktu yang lama. Gerakab berputar itu memiliki makna tersendiri, yaitu untuk menemukan tujuan hidup yan hakiki. Apa itu tujuan hidup yang hakiki? Yaitu mencari Tuhan dan merasakannya dalam gerakan yang berputar, dengan putaran yang berlawanan arah jarum jam. Penari sufi harus menanggalkan semua emosi, agar hanya merasakan kecintaan dan kerinduan yang mendalam pada Tuhan. Tak hanya menanggalkan seluruh emosi, tetapi juga harus memiliki fisik yang kuat. Karena melakukan tarian sufi ini bisa berjam-jam lamanya. Bahkan Rumi, bisa melakukan hingga tiga hari tiga malam.
Sejarah Tarian Sufi Turki

Seorang Penari Sufi Turki

Ketenangan Adalah Kunci Utama Bagi Penari Sufi

Mengapa para penari sufi bisa berputar dan bertahan lama tanpa merasakan pusing? Kunci utamanya adalah ketenangan dan juga harus menghayati makna dari filosofi tarian ini. Dan rahasianya agar tidak pusing juga terletak pada mata yang fokus, tidak terpejam, tidak melirik juga pada kepala yang tidak bergerak.
Makna Tarian Sufi Turki

Penari Sufi Menari Sufi

Kini Perempuan Boleh Melakukan Tarian Sufi

Pada mulanya tarian sufi hanya dikhususkan untuk laki-laki. Akan tetapi, kini di Istanbul, perempuan juga boleh melakukan tarian sufi bersama. D kutip dari CNN, seorang penari sufi perempuan yang berasal dari Turki berpendapat bahwa saat kita ingin menemukan Tuhan dan mencari kekhusukan, maka tak perlu memandang itu laki-laki atau perempuan. Akan tetapi, kenyataan juga tak semua mengamini hal itu. Kota yang cenderung lebih konservatif, kota Konya, perempuan masih dilarang melakukan tarian sufi. sedangkan di Indonesia, tarian sufi umumnya juga masih dilakukan oleh laki-laki saja, karena memang membutuhkan kestabilan emosi yang luar biasa dan fisik yang kuat.
Kini Perempuan Boleh Melakukan Tarian Sufi

Penari Sufi Perempuan

Tempat Terbaik Menyaksikan Tarian Sufi di Turki

  • Galata Mevlevihanesi

Galata Mevlevihanesi adalah tempat pertama yang bisa kamu kunjungi untuk menyaksikan pertunjukkan tarian Sufi. Galata Mevlevihanes atau yang dikenal Kulekapi Mevlevihanesi adalah sebuah museum yang terletak di distrik Mevleviahane, Beyoglu, Istanbul. Tempat ini memiliki sejarah panjang tentang tarian Sufi yang ada di Turki. Bangunan ini diketahui merupakan sebuah pondok sufi pertama yang didirikan pada tahun 1491.
Galata Mevlevihanesi

Galata Mevlevihanesi


Bangunan Galata Mevlevihanesi juga telah direnovasi beberapa kali, karena kerusakan yang terjadi akibat kebakaran dan gempa bumi yang terjadi di Istanbul. Hingga akhirnya, pada masa pemerintahan Sultan Abdulmecid (1823-1861) Galata Mevlevihanesi memiliki desain baru yang dipertahankan hingga saat ini. Saat ini, Galata Mevlevihanesi menjadi salah satu tempat pameran untuk mengenalkan sejarah Sufi, seperti alat musik Sufi, karya seni, foto, dan peta bersejarah yang menunjukkan bekas pondok-pondok di seluruh Turki. Di sini kamu bisa menonton pertunjukan tarian Sufi yang digelar setiap hari Minggu pukul 17.00 waktu setempat.
Ketenangan Adalah Kunci Utama Bagi Penari Sufi
  • Sirkeci Train Station

Salah satu stasiun kereta di Istanbul ini juga menjadi tempat yang dapat kamu kunjungi untuk melihat pertunjukkan tarian Sufi di Turki. Terminal stasiun kereta api ini bersebelahan dengan Tanduk Emas di sebelah barat laut Taman Gulhane dan Istana Topkapi yang terkenal di Turki. Stasiun Sirkeci dibangun pada tahun 1890 oleh Oriental Railway dan merupakan jalur kereta terpenting di era kekaisaran Ottoman yang menghubungkan Eropa dengan Istanbul. Tak hanya itu, stasiun ini pernah menjadi pemberhentian terakhir dari kereta Orient Express yang terkenal dan beroperasi pada tahun 1883 hingga 1977 dari Paris ke Istanbul. Selain bangunannya yang unik, stasiun ini juga menjadi salah satu museum di Turki yang memamerkan benda bersejarah yang ada di beberapa bagian stasiun. Kamu juga bisa menyaksikan tarian Sufi yang digelar secara rutin setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Minggu, pukul 19.30 waktu setempat dengan biaya masuk tertentu.
Sirkeci Train Station

Sirkeci Train Station

  • Hodjapasha

Tempat terakhir untuk menyaksikan tarian Sufi dan melihat lebih jauh tentang sejarahnya adalah di Hodjapasha. Hodjapasha merupakan sebuah teater di Istanbul, Turki yang menggelar banyak pertunjukkan tari, tak terkecuali tarian Sufi. Hodjapasha dulunya adalah sebuah Hammam (tempat pemandian di Turki) pada era Kekaisaran Ottoman, yang akhirnya direnovasi menjadi salah satu pusat budaya dan pertunjukan di Istanbul yang paling menarik. Hodjapasha juga dilengkapi dengan visual yang menarik dengan pemetaan video secara 360 derajat. Pertunjukkan Tarian Sufi di tempat ini menjadi sangat unik, karena kamu juga bisa melihat pameran yang berisi koleksi benda-benda para penari Sufi (seperti pakaian dan instrumen) hingga patung yang menyerupai aslinya.
Hodjapasha


Hodjapasha

Pertunjukan tersebut berlangsung setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pukul 19.00 waktu setempat dan dikenakan biaya masuk sebesar 22 dolar Amerika atau sekitar Rp 300 ribu (yang tiketnya juga dapat dibeli secara online). Pusat pertunjukan berteknologi canggih ini juga menyajikan pertunjukan tari tradisional Turki (termasuk tarian perut), serta pertunjukan tari Ottoman kontemporer yang disebut “White Rose“.

sumber: http://www.tourketurki.com/tarian-sufi-tarian-religius-penuh-makna-yang-berasal-dari-turki/


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.