Kisah Nabi Muhammad SAW setelah wafat menimbulkan duka mendalam bagi para sahabat. Duka itu menyelimuti umat Islam di Madinah pada Senin 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriyah atau 8 Juni 632 Masehi, kurang lebih 1.387 tahun yang lalu.
Umar yang awalnya menentang datangnya Islam tapi kemudian berbalik beriman kepada Allah SWT dan rasul-NYA itu, mulanya tak bisa menerima kabar wafatnya Nabi Muhammad SAW. "Engkau Dusta," kata Umar kepada orang-orang yang menangis atas wafatnya Rasulullah. Bahkan dia nyaris mengacungkan pedang, mengancam akan membunuh siapa pun yang menyebut Rasulullah telah wafat.
"Ada orang dari kaum munafik yang mengira bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Tetapi demi Allah, sebenarnya dia tidak meninggal, melainkan ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin Imran. Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga bahwa dia telah meninggal, tangan, dan kakinya harus dipotong!" kata Umar."Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak akan meninggal sampai dihabiskannya orang-orang munafik oleh Allah SWT," kata Umar berikutnya.
Abu Bakar Ash Shiddiq, pemimpin yang lemah lembut itu datang menenangkan Umar bin Khattab. "Sabar, sabarlah Umar! Dengarkan! " kata Abu Bakar. Namun Umar, yang setelah menjadi Khalifah bergelar sang Amirul Mukminin itu tak mau diam.
Abu Bakar kemudian memberikan isyarat kepada semua orang yang ada di sekitar rumah Rasulullah bahwa dia akan bicara. "Saudara-saudara sekalian, barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak akan pernah mati," kata Abu Bakar.
Khalifah pertama setelah Rasulullah mangkat itu kemudian membaca Firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 144 yang artinya:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Mendengar Abu Bakar membacakan ayat tersebut, Umar bin Khattab lemas. Kedua kakinya tak mampu menyangga tubuh, dan Umar pun jatuh ke tanah. "Demi Allah! Seakan-akan aku tidak tahu ayat itu, sampai kudengar Abu Bakar membacanya. Aku lemas dan jatuh ke tanah. Kedua kakiku tidak kuat menyangga tubuhku. Aku baru sadar kalau Rasulullah SAW telah meninggal," kata Umar, seperti diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Maradhun Nabi Muhammad wa Wafatuh dari hadits Ibnu 'Abbas.
Kisah Nabi Muhammad saat wafat juga menimbulkan kesedihan mendalam bagi Bilal bin Rabbah sang muadzin pertama. Bahkan dia memutuskan berhenti menjadi muadzin Rasul. Dia tak kuasa menahan kesedihan ditinggal Rasulullah SAW.
Setiap kali mengumandangkan adzan, sampai pada lafal, Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, tangisnya pecah dan hatinya bergetar. Tak sanggup menahan kesedihan, Bilal memutuskan meninggalkan Madinah.
Kisah Nabi Muhammad saat wafatnya dirasakan bagai petir menyambar oleh para sahabat. Abu Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi dalam Sirah Nabawiyah menuliskan, saat Rasulullah wafat adalah hari yang sangat gelap, menyedihkan, dan bencana bagi kaum muslimin. Anas dan Abu Sa'id al-Khudri mengatakan, "Pada hari Rasulullah SAW datang ke Madinah, bersinarlah segala sesuatu. Ketika Beliau wafat, semuanya menjadi gelap."
(erd/nwy)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.